Begu Ganjang adalah hantu dari Sumatra Utara,arti dari kata Begu Ganjang sendiri adalah perawakannya tinggi besar, hitam dan wujudnya pun tak kelihatan.
Manusia yang hidup, memiliki dua zat yakni fisik, jasad atau yang disebut pamatang dan ruh atau yang disebut tondi. Ketika manusia mati maka tondinya di percayai berubah menjadi begu.
Begu ini akan pergi menuju suatu tempat yang disebut parbeguan, yakni suatu tempat gaib di mana berkumpul begu-begu orang yang sudah mati sebelumnya. Roh akan terpisah dari jasad.
Pada masa lalu, kata begu (hantu) bagi orang Toba digunakan untuk mengacu kepada sumber penyakit. Istilah ‘sakit’ memang sudah dikenal, namun tidak begitu dengan sumber penyakit.
Karenanya, setiap ada seseorang yang sakit, kerap disebut karena ulah begu. Apalagi orang yang mati mendadak, terutama anak-anak dan masih lajang. Padahal bisa saja dia terkena virus mematikan atau terjangkit penyakit yang memang belum dikenal di tempat itu.
Selain itu, isu-isu ini juga beriringan dengan munculnya praktik-praktik perdukunan sesat. Kebanyakan para dukun ini menggunakan simbol-simbol dalam kebudayaan Toba.
BEGU JUMA
Hantu satu ini berada di ladang seperti arti namanya, hantu ladang. Hantu ini terbilang cukup baik karena konon kerap membantu para petani yang pekerjaannya belum siap.
Namun, begu juma tak segan mengganggu manusia yang masih bekerja ketika hari mulai gelap. Biasanya, begu juma akan menampakkan dirinya di ladang untuk menakuti petani yang belum pulang.
Begu Juma tidak mengenali anak cucu mereka. Sehingga mereka tidak pandang bulu dalam mengganggu manusia
HOMANG
Makhluk ini berbentuk setengah manusia dan setengah kera, dengan memiliki taring dan cakar yang tajam, sehingga masyarakat Tapanuli menganggap Homang sebagai salah satu hantu yang paling menyeramkan.
Homang masih belum dapat dikategorikan sebagai makhluk jinak maupun buas, tetapi yang pasti makhluk ini memiliki suara yang mirip dengan manusia pada umumnya.Karena kepintaran tersebut, membuat makhluk gaib asal Sumatera Utara ini kebanyakan tidak akan meneriaki atau memanggil nama tersebut jika dalam keadaan hilang di dalam hutan.
Jika itu terjadi, maka Homang akan meniru suara manusia sebagai umpan, untuk menerkam mangsanya tanpa membedakan suara manusia asli dengan suara Homang sendiri.
BEGU TURE
Begu Ture atau Hantu Tangga merupakan sosok hantu yang sangat ditakuti oleh masyarakat Suku Karo. Pasalnya hantu satu ini dikenal dengan sifatnya yang usil dan kerap mencelakai manusia.
Diceritakan bahwa masyarakat Karo yang dahulu tinggal di Rumah Adat yang berbentuk rumah panggung akan amat hati-hati menaiki tangga di sore hari, sebab hantu satu ini disebut-sebut sering menarik kaki orang yang sedang naik atau turun dari ture (tangga).
Lebih menyeramkannya lagi, apabila berhasil membuat orang terjatuh, begu ini akan tertawa sekeras-kerasnya dan mengejek orang tersebut sambil menunjukkan wajahnya yang seram dari jarak dekat.
Otomatis orang yang terjatuh akan kaget luar biasa dan kalau mau lari kakinya masih sakit sehingga serba salah.Begu ini disebut-sebut bersosok perempuan dan diduga mirip kuntilanak.
Begu ini termasuk begu yang dalam bahasa Karo disebut penggege atau hantu yang suka mengganggu manusia.
SIGULAMBAK Hantu Sigulambak ini tak jelas bentuknya. Banyak yang mengatakan berbentuk seperti kambing.
Tak sedikit orang mengatakan bentuknya seperti kuda.Akibatnya, apabila orang-orang yang mendengar suara kuda pada malam hari tetapi mengetahui bahwa di daerah tersebut tak ada kuda, maka diyakini ada sigulambak.
Selain itu, sigulambak juga mau membawa manusia ke alam lain.
NINI KERANGEN
Hantu Nini Kerangen ini berasal dari Sumatra Utara,Nini bila di artikan menjadi seseorang yang sangat tua,sedang kerangen artinya Hutan.Sosoknya dipercaya tinggalnya di hutan dan hantu ini hanya akan mengganggu seseorang yang melakukan hal yang tidak sopan di hutan. Begu ini sering juga disebut sebagai umang.
Apabila seseorang memasuki hutan yang dijaganya dan melakukan tindakan yang dipandang kurang sopan seperti bicara kotor, buang air sembarangan, atau pun melakukan tindakan asusila lainnya, hantu ini akan segera bertindak.
Konon, orang yang dimurkainya akan “iliwer” atau dibuat tersesat tanpa arah. Begu ini akan terus-terusan menahan orang tersebut dengan terus mengembalikannya ke tempat semula ia berbuat “pelanggaran”, sekeras apa pun usahanya keluar meninggalkan hutan tersebut. Akibatnya orang tersebut tak akan bisa keluar dari hutan tersebut.
Selain itu, dalam beberapa kasus si pelaku tetap akan diizinkan pulang. Namun, tendi atau rohnya itaban atau ditahan oleh Nini. Akibatnya, orang tersebut akan mengalami sakit keras atau bisa juga mengalami gangguan kejiwaan.
Nini Kerangen ini termasuk masih menghukum dengan “lembut” karena ia masih bisa disembuhkan oleh suhu atau dukun dengan cara melepas seekor ayam pegengen atau ayam hitam sebagai pengganti orang tersebut dan juga melakukan upacara Releng Tendi (pemanggilan kembali roh), dan orang tersebut akan sembuh perlahan.